Wednesday 18 January 2012

The Anthropological Machine

Saya sedang membaca The Open: Man and Animal (Giorgio Agamben). Ingat thesis 'the end of history' milik Fukuyama? Setelah Perang Dingin, Fukuyama mengatakan bahwa yang kita saksikan bukan semata periode Pascaperang (Postwar) tapi akhir sejarah  sebagai evolusi progresif, dimana masa depan selalu dimengerti sebagai 'kemajuan' dari kejadian yang telah terjadi di masa sebelumnya. Disini, Fukuyama merujuk pada ide 'posthistory'nya Kojeve, dan menjadi salah satu filsuf kontemporer yang terus mengingatkan kita akan betapa bermasalahnya ide 'kemajuan' di akhir abad 20. Ambil contoh teknologi, misalnya. Apakah kita masih bisa menilai perkembangan teknologi sebagai suatu kemajuan, mengingat kekejaman dan kekerasan tak terbayangkan yang juga menjadi dampaknya?

Jadi, 'sejarah' - dalam pengertian awamnya - telah berakhir. Tragedi-tragedi yang terjadi diabad 20 telah meruntuhkan perumusan humanisme/ kemanusiaan yang diberikan oleh Modernisme. Nah, bagaimana dengan manusia di akhir sejarah? Apakah bisa pengertian kita akan kemanusiaan - apa yang membuat manusia 'manusia' - untuk tetap sama?  Ini yang sekarang menjadi aspirasi pascahumanisme, untuk merevisi perumusan Modern tentang sejarah dan humanisme yang tidak lagi memadai. 

Di buku ini Agamben memaparkan gagasan-gagasan tentang sifat kemanusiaan pascahumanis, terbingkai oleh pengertian kita akan hubungan antar manusia dan binatang. Dengan demikian, diharapkan ambiguitas batasan-batasan yang ada antara manusia dan yang bukan manusia - seperti binatang - akan tersingkap. Batasan-batasan seperti rasionalitas dan bahasa: katanya kan manusia punya rasionalitas dan bahasa, binatang tidak, dan kategori seperti inilah yang membedakan manusia dan binatang. Agamben memberikan contoh dari teori evolusi Darwin yang diterapkan oleh Ernst Haeckel di tahun 1899, yang mempunyai hipotesa bahwa manusia berkembang dari apa yang disebutnya "Pithecanthropus alalus", atau 'manusia tanpa bahasa': "... during the Pilocene period, arises the ape-man without speech (the Pithecanthropus alalus), and from him, finally, speaking man." (34)

Padahal - dan disini Agamben dibantu oleh teori Linguistik milik Heymann Steinhal tentang asal muasal manusia - pembedaan antara manusia dan yang bukan manusia berdasarkan pemilikan bahasa sebenarnya tidak terlalu jelas. Dari mana asalnya pembedaan ini? Dari asumsi manusianya sendiri. Jadi batasan ini hanya ada karena sebelumnya sudah dibentuk oleh manusia. Maka, gagasan bahwa manusia, menurut teori evolusi, berasal dari perkembangan bahasa adalah sebuah kontradiksi. Sudah jelas aneh, kalau dikatakan manusia berasal dari bahasa, sedangkan bahasa sendiri berasal dari manusia. Lebih aneh lagi, karena sekarang kita mengatakan bahwa bahasa merupakan batasan antara manusia dan yang bukan manusia. 

Batasan-batasan ini terbentuk, menurut Agamben, oleh apa yang disebutnya sebagai 'the anthropological machine', sebuah 'alat' buatan manusia untuk mengetahui kemanusiaannya. Dan alat ini hanya bisa berfungsi karena dimotori oleh zona-zona ambigu - seperti gagasan tentang bahasa tadi, tapi terlebih dari itu juga kemampuan bernalar, akhlak, kepercayaan religius tentang 'penyelamatan', dlsb. Kategori-kategori ini bukanlah sifat psiko-fisiologis manusia yang ada secara alami, tapi hanya asumsi manusia tentang apa yang membedakannya. 

Dari sisi ini, telihat bahwa pengertian kita akan kemanusiaan hanya terbentuk dari kategori-kategori 'kosong'. Dan  pengkategorian semu seperti ini hanya memperlihatkan bahwa tanpa kategori-kategori ini yang ada hanyalah apa yang Agamben sebut sebagai 'bare life': kehidupan yang dilucuti baik dari kemanusiaan tapi juga kebinatangan. Tapi ini tidak perlu disesalkan, karena revisi tentang humanisme itu dapat beranjak dari 'titik kosong' ini. Berpikir tentang keberlanjutan setelah 'akhir' sesuatu tidak gampang, apalagi kalau yang berakhir itu 'sejarah' atau 'humanisme'. Menurut saya, kemampuannya menanggapi masalah ini dengan positif dan kritis adalah kontribusi yang penting dari Agamben.



No comments:

Post a Comment